Generasi kekinian tentu mempunyai tantangan yang berbeda dibandingkan generas-generasi sebelumnya dalam hal mengelola uang. Sobat cuan pernah mendengar istilah penny wise dollar foolish ? jika belum, tandanya kamu harus baca artikel ini karena bakal related banget dengan kondisi keuangan generasi muda saat ini. Pada artikel Salah Kelola Uang Generasi Masa Kini, kita akan bahas tentang penny wise dollar foolish yang erat kaitanya dengan kondisi generasi muda yang belum mengenal cara mengelola keuangan yang optimal. Yuk kita langsung bahas pada bagian dibawah ini.
Apa itu Penny wise dollar foolish ?
Penny wise dollar foolish atau penny wise dollar stupid atau penny wise pound foolish adalah sebutan bagi orang-orang yang hidup di Amerika atau Eropa yang melakukan penghematan dalam bentuk recehan tetapi malah melakukan pemborosan yang lebih besar.
Seringkali, sobat cuan tidak sadar telah menjadi bagian dari komunitas penny wise dollar foolish karena memang banyak dari kita seringkali menghemat untuk beberapa hal kecil tetapi malah cenderung boros dengan jumlah yang lebih besar dari penghematan yang kita lakukan. Kondisi penny wise dollar sangat banyak kita jumpai dimana saja dan seringkali kita tidak sadar telah melakukan itu walaupun sebenarnya kita sudah sejak lama belajar tentang keuangan. Heran sekali bukan ?
Aktifitas yang dimaksud Penny wise dollar follish
1. Fokus pada diskon dan mengabaikan needs or wants
Barang dengan label "DISKON" merupakan barang-barang yang paling menarik perhatian para calon pembeli. Dengan adanya label "diskon", kita cenderung mempunyai pemikiran bahwa barang tersebut lebih murah dari harga normal sehingga sayang banget kalau kita ngga langsung beli saat ini juga. Padahal, ada kalanya harga yang katanya lebih murah tersebut sebenarnya juga tidak benar-benar murah.
Contoh sederhana, Andi yang mempunyai rumah di Bekasi datang ke Grand Indonesia yang berada di Jakarta Pusat hanya untuk membeli Tas Tummy yang lagi diskon 30%. Jika dilihat dari barangnya memang betul nilainya lebih murah dari harga normal. Tetapi, coba hitung dulu berapa ongkos transportasi dari Bekasi ke Grand Indonesia. Jumlahkan nilai tas tersebut dengan ongkos transportasi dari bekasi ke Grand Indonesia. Lebih murah atau lebih mahal ? apakah sepadan dengan diskon 30% tersebut ?
Selain itu, seringkali kita mengabaikan needs or wants rules ketika melihat label "Diskon". Tantangan tersebesarnya adalah bagaimana kita menekan perasaan atau keinginan untuk membeli barang sesuai dengan kebutuhan dan bukan hanya sebatas keinginan saja.
2. Membeli barang kemasan besar
Promosi dari berbagai produk seringkali menawarkan barang dalam kemasan besar ditambah dengan hitung-hitungan yang menunjukan bahwa pembeli bisa lebih hemat sekian ribu rupiah jika dibanding membeli kemasan berukuran kecil. Tapi, tidak selamanya membeli kemasan besar itu menguntungkan lho sobat cuan. Jika sobat hanya membutuhkan barang dalam jumlah yang sedikit, maka pilihan membeli barang dengan ukuran besar merupakan sebuah kesalahan. Khusus untuk barang-barang yang sobat butuhkan atau gunakan sehari-hari, tentu saja membeli kemasan ukuran besar adalah pilihan yang tepat. Akan tetapi, untuk barang tertentu justru lebih efisien jika membeli dalam ukuran kemasan kecil.
Apa tuh contohnya ? yang paling sering terjadi adalah ketika sobat membeli segelas kopi atau paket makanan. Sebenarnya, pembelian kopi atau paket makanan ukuran kecil sudahlah cukup Akan tetapi, kita sering tergoda untuk upsize karena selisih harga yang terlampau sedikit jika kita membeli ukuran kecil. Hal-hal seperti ini yang seringkali tidak terasa kita terjebak dalam marketing trap yang menyebabkan kita secara tidak sadar melakukan pemborosan.
3. Membeli premi asuransi yang 'murah'
Mayoritas orang memilih asuransi berdasarkan nilai premi yang murah. Padahal, jika sobat lebih teliti, premi yang rendah umumnya mempunyai cakupan perlindungan / cover scale dengan uang pertanggungan yang cukup kecil. Contoh sederhananya adalah pada saat sobat membeli asuransi jiwa dengan premi 1 juta per tahun, maka uang petanggunganya hanya sebesar Rp 100 juta. Coba kamu pertimbangkan kembali, apa iya kamu cukup hanya dengan uang pertanggungan 100 juta ? Apa iya asuransi tersebut sudah bisa mengatasi risiko keuangan di masa yang akan datang ?
Pertimbangkan untuk membeli produk asuransi jiwa yang mempunyai orientasi pada kebutuhan. Walaupun demikian, premi Rp 1 juta juga tidaklah terlalu buruk karena kita juga harus mempertimbangkan kondisi keuangan saat ini. Akan tetapi, poin pentingnya yakni sobat cuan jangan sampai membeli produk asuransi hanya berdasarkan pertimbangan nilai premi yang murah ya.
4. Membeli barang dengan kualitas rendah
Orang yang sedang berhemat biasanya mempunyai kebiasaan membeli barang-barang yang murah, tetapi mempunyai kualitas yang rendah. Hasilnya ? barang tersebut malah lebih cepat rusak sehingga kita harus membeli barang baru lagi. Mau nya hemat kok jadinya boncos ?
Sedikit sharing dari kami, jika beli barang jangan fokus pada harga nya saja tapi juga pada kualitasnya. Ada pepatah yang mengatakan 'ada harga, ada rupa', tapi kalau mau ditelisik lebih jauh sebenarnya juga tidak begitu juga. Ada barang yang mempunyai kualitas namun mempunyai harga yang sepadan. Pilih dan pilah ya sobat!
5. Tidak mau mengeluarkan uang untuk belajar, namun berinvestasi saham tanpa pertimbangan
Kondisi nomor 5 adalah kondisi yang banyak dan sering terjadi disekitar kita. Orang-orang berbondong-bondong ingin berinvestasi dengan nilai yang tidak sedikit dan berharap mendapatkan keuntungan yang besar namun enggan untuk mengeluarkan dana untuk belajar terlebih dahulu. Ibarat kambing bermimpi ke padang rumput dengan mata tertutup. Bukannya malah sampai ke padang rumput namun malah terperosok ke jurang.
Kondisi pasca pandemi menyajikan berbagai berita tentang orang-orang yang katanya sukses berinvestasi di pasar modal ataupun di pasar kripto. Akhirnya, orang-orang berduyun-duyun ikutan berinvestasi tanpa mengetahui apa itu pasar modal ataupun pasar kripto. Ingat! apa yang cocok dilakukan orang, belum tentu cocok dengan diri kita.
Kondisi itulah yang menyebabkan orang menjadi bagian dari komunitas penny wise dollar follish atau kalau di Indonesia disebut penny wise rupiah follish. Apakah kamu termasuk dari bagian kelompok ini hari ini ? semoga saja tidak ya!
Generasi masa kini diharapkan lebih melek tentang cara yang tepat mengelola keuangan. Jangan sampai sobat cuan menjadi bagian dari Salah Kelola Uang Generasi Masa Kini. Biaya hidup, biaya rumah, ataupun harga kebutuhan pokok naik semuanya, tapi jangan sampai kamu salah mengelola keuangan ya! Selamat membaca Salah Kelola Uang Generasi Masa Kini.
Posting Komentar